MAKALAH
MIKROBIOLOGI
METABOLISME
MIKROORGANISME
OLEH:
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bakteri merupakan organisme bersel tunggal yang hidup
bebas tanpa klorofil dan memiliki baik DNA maupun RNA. Dinding selnya kaku dan
mengandung asam muramat. Mula-mula digolongkan kedalam kelompok binatang atau tumbuh-tumbuhan,
tetapi hal ini tidak memuaskan, maka dibentuk golongan ketiga yaitu “Protista”.
Bakteri juga mampu menunjukkan semua
proses-proses dasar kehidupan misalnya tumbuh, metabolisme dan
perkembangbiakan. Metabolisme bakteri yaitu tiap organisme yang hidup memiliki
komponen unit-unit senyawaan kimia yang sama, demikian pula mekanisme pembentukannya
(proses metabolisme). Proses ini meliputi katabolisme dan anabolisme. Proses
katabolisme, semua miroorganisme diduga memiliki jalur-jalur metabolisme dasar
tertentu yang berperan pada proses perubahan-perubahan yang diperlukan untuk
pembentukan bagian-bagian dasar selnya sedangkan anabolisme mencakup
biosintesis monomer dan koenzim penting pada tiap-tiap mikroorganisme yang
sangat berbeda-beda, beberapa dapat membuat semua asam-asam amino penting yang
diperlukan, nukleotida, monosakarida, koenzim, dan lain-lain dari bahan-bahan
yang dihasilkan dari proses katabolisme.
Reaksi
kimiawi yang membebaskan energi melalui perombakan nutrien disebut reaksi-Disimilasi
atau peruraian; jadi merupakan kegiatan katabolik sel. Sedangkan reaksi kimawi
yang menggunakan energi untuk sintesis dan fungsi-fungsi sel lainnya disebut
reaksi-Asimilasi atau anabolik. Jadi reaksi disimilasi menghasilkan energi, dan
reaksi asimilasi menggunakan energi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
disusunlah makalah ini untuk memperjelas dan menguraikan bagaimana metabolisme
bakteri yakni disimilasi dan pembesaran energi oleh bakteri serta asimilasi dan
penggunaan energi oleh bakteri.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
disimilasi dan pembesaran energi oleh bakteri?
2.
Bagaimana
asimilasi dan penggunaan energi oleh bakteri?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
disimilasi dan pembesaran energi oleh bakteri.
2.
Untuk mengetahui
asimilasi dan penggunaan energi oleh bakteri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Reaksi Disimilasi dan Pembebasan Energi
Metabolisme ialah semua reaksi
kimiawi yang dilakukan oleh sel yang menghasilkan energi dan yang menggunakan
energi untuk sintesis komponen-komponen sel dan untuk kegiatan-kegiatan
selular, seperti pergerakan. Reaksi kimiawi yang membebaskan energi melalui
perombakan nutrien disebut reaksi-Disimilasi atau peruraian; jadi merupakan
kegiatan katabolik sel. Sedangkan reaksi kimawi yang menggunakan energi untuk
sintesis dan fungsi-fungsi sel lainnya disebut reaksi-Asimilasi atau anabolik.
Jadi reaksi disimilasi menghasilkan energi, dan reaksi asimilasi menggunakan
energi.
Bila sel merombak ikatan-ikatan
kimiawi tertentu selama metabolisme, energi yang dilepaskan menjadi tersedia
untuk melangsungkan kerja biologis kerja biologis. Selama masa hidup sel, kerja
ini bersifat ekstensif dan beragam. Mikroorganisme heterotrofik
non-fotosintetik memperoleh energinya dari oksidasi (pengusiran
elektron)elektron atau atom hidrogen) senyawa-senyawa anorganik. Mikroorganisme
fotosintetik memperoleh energinya dari cahaya.
1.
Penggandengan
reaksi-reaksi selular
Selama
berlangsungnya reaksi kimiawi, akan terjadi pembebasan atau penggunaan energi.
Jumlah energi yang di lepaskan atau di pakai selama berlangsungnya suatu reaksi
tersebut disebut perubahan energi bebas reaksi tersebut, yang dinyatakan dengan
simbol ∆G, yaitu ∆ berarti “perubahan pada “ dan G berarti energi bebas.
Perubahan energi bebas ini dapat didefenisikan sebagai jumlah energi yang
tersedia atau berguna yang dilepaskan atau dipakai dalam suatu reaksi.
∆G dinyatakan dalam kalori. Namun, ini
semata-mata untuk memudahkan karena energi bebas tidak selalu berupa panas
tetapi bisa juga dalam bentuk energi kimiawi. Bila ∆G suatu reaksi kimiawi
bernilai negatif, misalnya -8.000 kalori (kal), maka reaksi tersebut membebaskan
energi. Reaksi semacam ini disebut reaksi eksergonik. Bila ∆G suatu reaksi
bernilai positif, misalnya +3.000 kal, maka reaksi tersebut membutuhkan energi.
Reaksi ini disebut reaksi endergonik.
Di dalam sel terdapat banyak reaksi
kimiawi endergonik yang berlangsung selama metabolisme. Reaksi-reaksi ini tidak
berlangsung selama metabolisme. Reaksi-reaksi ini tidak berlangsung secara
spontan; diperlukan penggunaan energi yang dibebaskan oleh reaksi-reaksi
eksergonik untuk mendorongnya. Hal ini dilakukan melalui reaks-reaksi
tergandeng. Organisme hidup telah mengembangkan suatu cara yang khas yang
menggandengkan reaksi eksergonik dengan reaksi endergonik untuk menyediakan
energi guna mendorong berlangsungnya reaksi endergonik dengan menggunakan
reaktan bersama. Penjelasannya dapat diikuti pada contih berikut. Andaikan ada
dua reaksi umum yang mengubah senyawa A menjadi B dan senyawa C menjadi D :
A → B ∆G = -10.000 KAL.
C → D ∆G = +5.000 KAL.
Reaksi
yang pertama adalah eksergonik karena ∆G nya negatif. Energi yang dilepaskan
dari reaksi ini dapat dipergunakan untuk mendorong reaksi kedua, yang bersifat
endergonik. Hal ini dapat dicapai dengan cara menggandengkan kedua reaksi
tersebut sebagai berikut :
A
+ Y₁ → B + Y₂ ∆G= -2.000 kal ( senyawa Y₂
menangkap energi)
C
+ Y₂ → D + Y₁ ∆G= -3.000 kal ( senyawa Y₂
melepaskan energi )
Y
adalah reaktan bersama bagi kedua reaksi tersebut. Pada reaksi pertama, ∆G
keseluruhan sebesar -2.000 kal menunjukkan bahwa 8.000 dari jumlah semula
sebesar 10.000 kal digunakan untuk mengubah Y₁
menjadi Y₂; yaitu, 8.000
kal tertangkap atau disimpan dalam Y₂.
Pada reaksi, Y₂ diubah kembali
menjadi Y₁ disertai dengan
pembebasan energi sebesar 8.000 kal yang tertangkap sebelumnya untuk medorong
pengubahan endergonik C → D. Jadi ∆G keseluruhan dari reaksi kedua ialah
(+5.000) + (-8.000), atau -3.000 kal ( yang nilainya negatif dan karenanya
reaksi tersebut dapat berlangsung ) ; yaitu jumlah energi yang dilepaskan pada
reaksi pertama lebih besar yang di butuhkan untuk melangsungkan reaksi kedua.
Reaktan bersama Y disebut sebagai senyawa kaya energi atau senyawa pemindah
energi tinggi. Senyawa semacam itu mengandung energi potensial yang melepaskan
energi bila mendonasikan sebagian dari dirinya kepada/menjadi air (dalam proses
yang disebut hidrolisis) atau pada molekul akseptor yang lain ( ketika berubah
dari Y₂ menjadi Y₁
pada contoh diatas).
Di dalam sel terdapat berbagai senyawa
keya energi. Energi dalam senyawa-senyawa ini terkandung di dalamnya sebagai
suatu keseluruhan. Pecahnya ikatan-ikatan tertentu dalam senyawa-senyawa ini melepaskan sebagian dari energi yang
tersimoan di dalamnya. Senyaw ini kaya energi dapat disamakan dengan perangkap
tikus. Bila dipasang, perangkap tersebut berenergi tinggi, dan energinya
terdapat pada pegas yang tegang itu. Terlepasnya batang penahan akan
membebaskan energi pada pegas tersebut.
Pada tabel 14-1 terdaftar beberapa senyawa
kaya energi yang dijumpai dalam sel. Di antaranya adenosin trifosfat (ATP)
adalah yanga terpenting. ATP merupakam “mata uang energi” bagi sel dan merupakan medium pertukaran
antara reaksi-reaksi eksergonim dan endergonik. Perhatikanlah bahwa semua
senyawa pada tabel 14-1 dapat memindahkan energinya baik secara langsung maupun
tidak langsung pada pembentukan ATP.
Tabel 14-1.
Beberapa senyawa pemindahan energi tinggi yang dijumpai dalam sel, bebserta
perubah energi bebas standarnya bila mengalami hidrolisis
Senyawa
|
∆G⁰′, kkal
|
Adenosin
trifosfat (ATP)
|
-7,3
|
Adenosin
difosfat (ATP)
|
-7,3
|
Guanosin
trifosfat (GTP)
|
-7,3
|
Guanosin
difosfat (GDP)
|
-7,3
|
Uridin
trifosfat(UTP)
|
-7,3
|
Sitidin
trifosfat(STP)
|
-7,3
|
Asetil
fosfat
|
-10,1
|
Asam
1,3 difosfogliserat
|
-11,8
|
Asam
fosfoenolpiruvat(PEP)
|
-14,8
|
Contoh
pemindahan langung ialah :
Asam
1,3 difosfogliserat + ADP
Energi dilepaskan dari ATP melalui
hidrolisis, sebagaimana tampak pada gambar 14-1. Senyawa ADP adalah juga
senyawa pemindahan energi tinggi, karena hidrolisis ADP juga membebaskan
sejumlah besar energi.
a. Oksidasi
dan produksi energi
Sel
memperoleh energi dari nutrien melalui serangkaian reaksi kimiawi, bebrapa
diantaranya adalah oksidasi. Selama oksidasi, energi dilepaskan dan dapat
terbentuk ikatan-ikatan kimiawi kaya energi seperti yang terdapat pada ATP
untuk menyimpar. Energi yang dilepaskan itu.
Oksidasi yaitu hilangnya elektron dari
suatu molekul, selalu disertai dengan reduksi, yaitu diperlukannya elektron
oleh molekul yang lain. Bila membicarakan oksidasi, maka yang dimaksud ialah
pemidahan elektron dari suatu molekul ke molekul lainnya., jadi bila mana satu
molekul di oksidasi, maka ada molekul lain yang direduksi.
Seringkali reaksi oksidasi merupakan
dehidrogenasi, yaitu reaksi yang menyangkut hilangnya atom hidrogen (H). Sebuah
atom hidrogen terdiri dari sebuah proton
(H⁺)
dan sebuah elektron (e⁻),
jadi suatu senyawa yang kehilangan atom hidrogen telah kehilangan elektron dan
dengan demikian telah teroksidasi.
Suatu oksidan (bahan pengoksidasi) akan
menerima elektron dan menjadi tereduksi, Asam fumarat, suatu intermediat dalam
metabolisme merupakan contoh lain bahan pengoksidasi.
2.
Produksi
energi melalui proses anaerobik
a. Glikolisis
Bakteri
heterotrofik dapat menggunakan berbagai senyawa anorganik sebagai sumber
energi. Senyawa-senyawa ini mencakup karbohidrat. Asam anorganik dan asam
lemak, serta asam-asam amino. Bagi banyak mikroorganisme, senyawa yang lebih
disukai ialah karbohidrat, terutama glukose, yaitu gula berkarbon enam.
Perombakan glukose dapat terjadi melalui
glikolisis. Glikolisis adalah salah satu lintasan paling penting yang digunakan
oleh sel untuk menghasilkan energi. Glikolisis tidak mensyaratkan adanya
oksigen dan bisa terdapat pada sel-sel baik yang aerobik maupun anaerobik.
Pada glikolisis sebagaimana tampak pada fruktose,
fruktose -1,6 difosfat yang terbentuk dari glukose tepercah menjadi 2 unit
berkarbon 3, keduanya kemudian dioksidasi menjadi asam piruvat. Pada langkah
dioksidasinya gliseraldehide-3-fosfat, terusir sepasang elektron (dua atom
hidrogen). Bila tidak ada oksigen, pasangan elektron ini dapatdigunakan untuk
mereduksi asam piruvat menjadi asam laktat atau etanol. Bila ada oksigen,
pasangan elektron ini dapat memasuki rangkai angkutan elektron.
Untuk setiap molekul glukose yang
mengalami metabolisme, dua molekul ATP dikonsumsi dan empat molekul ATP d
bentuk. Karena itu untuk setiap molekul glukose yang diuraikan melalui
glikolisis, diperoleh hasil bersih dua molekul ATP.
b. Lintasan
pentose fosfat
Lintasan
untuk peruraian karbohidrat ini menyangkut pembentukan gula fosfat
berkarbon-enam dan gula fosfat karbon-lima. Karena menyangkut beberapa reaksi
lintasan glikolitik, maka lintasan ini di pandang sebagai glikolisis
yang”langsir”. Glukose dapat di oksidasi melalui lintasan pentose fosfat
disertai dengan pembebasan-pembebasan elektron, yang dapat memasuki rantai
angkutan elektron. Tetapi siklus ini pada umumnya tidak dianggap sebagai
lintasan utama penghasil energi pada kebanyakan mikroorganisme. Lintasan
pentose fosfat digunakan terutama untuk biosentesis karena menyediakan pentose
fosfat untuk dipergunakan dalam sintesis
nukleotide. Sekalipun lintasan ini dapat menyediakan energi bagi sel sebagai
lintasan pilihan untuk oksidasi glukose, lintasan ini juga adalah mekanisme
untuk memperoleh energi dari senyawa senyawa gula berkarbon-lima. Seperti
halnya lintasan glikolitik, lintasan pentose fosfat terjadi pada baik
prokariota maupun eukarita.
Ada lintasan-lintasan lain untuk peruraian
karbohidrat, misalnya lintasan Entner-Doudorof, terdapat pada prokariota aerobik
maupun anaerobik. Beberapa mikroba memanfaatkan hanya salah satu dari
lintasan-lintasan ini, dan lainnya menggunakan lebih dari satu, entah pada
waktu yang sama atau pada waktu-waktu yang berbeda. Lintasan mana yang
dipergunakan oleh mikroba dan kapan dipergunakannya tergantung pada kemampuan
yang diwarisi oleh mikroba tersebut dan lingkungan tempat mereka berada.
c. Fermentasi
Organisme
anaerobik juga menghasilkan energi, yaitu melalui reaksi-reaksi yang disebut
fermentasi yang menggunakan bahan organik sebagai donor dan akseptor elektron.
Bakteri anaerobik obligan menggunakan berbagai macam fermentasi untuk
menghasilkan energi. Salah satu contoh yang khas ialah fermentasi laktat.
Sterptococcus lactis, bakteri yang menyebabkan asamnya susu, menguraikan glukose
menjadi asam laktat , yang berakumulasi di dalam medium sebagai produk
fermentasi satu-satunya. Melalui
glikolisis satu molekul glukosa diubah menjadi dua molekul asam piruvat
disertai dengan pembentukan dua NADH+ H⁺.
Asam piruvat tersebut di ubah menjadi asam laktat. Energi yang dihasilkan dari
reaksi ini tidak cukup untuk melangsungkan sintesis ATP.
Pada
tipe-tipe fermentasi karbohidrat lainnya, tahap-tahap awal disimilasi glukose
seringkali, tetapi tidak selalu mengikuti glikolisis. Perbedaan dalam tipe-tipe
fermentasi biasa terletak pada penggunaan asam piruvat yang terbentuk. Jadi
asam piruvat adalah pusat fermentasi karbohidrat.
Kebanyakan
bakteri heterotrofik menghasilkan beberapa produk akhir dari disimilasi
glukose, tetapi kesemua produk ini tidak dihasilkan oleh hanya satu spesies.
Melainkan, tipe-tipe yang di daftar itu merupakan suatu rangkuman dari apa yang
dapat diharapkan apabila seseorang menginventarisasikan produk-produk akhir
disimilasi glukose yang dapat dihasilkan oleh semua heterotrof. Sesungguhnya
mikroorganisme dapat dikelompokkan berdasarkanpada produk-produk fermentasinya.
Nama-nama tersebut diberikan berdasarkan produk akhir utama fermentasi
karbohidrat. Dari sini jelaslah bahwa mikroorganisme memetabolisme substrat yang
sama dengan cara yang tepat sama. Misalnya, Streptococcus lactis dan
Escherichia coli keduanya memfermentasikan glukose, tetapi melalui
lintasan-lintasan fermentasi yang amat berbeda.
Tetapi,
beberapa anaerob tidak memiliki sistem glikolitik yang fungsional.
Organisme-organisme semcam itu mungkin saja memiliki lintasan-lintasan
fermentasi yang menggunakan lintasan pentose fosfat dan lintasan
Entner-Doudroff.fermentasi substrat yang bukan karbohidrat, seperti asam-asam
amino,melibatkan lintasan-lintasan yang amat spesifik.
3.
Produksi
energi melalui proses aerobik
a. Rantai angkutan elektron
Rantai
angkutan elektron, yang juga dikenal sebagai sistem sitokrom atau rantai
respirasi, adalah serangkaian reaksi oksidasi reduksi untuk pembentukan ATP,
fungsi rangkaian rekasi ini ialah untuk menerima elektron dari senyawa-senyawa
tereduksi dan memindahkannya pada oksigen dengan akibat terbentuknya air.
b. Siklus
asam trikarboksilat
Siklus
asam trikarboksilat adalah serangkaian reaksi yang membangkitkan energi dalam
bentuk ATP dan molekul-molekul koenzim tereduksi. Siklus ini juga melakukan
fungsi-fungsi lain. Banyak intermediat dalam siklus ini merupakan prekursor
dalam biosintesis asam amino, purin, pirimidin, dan sebagainya. Jadi siklus TCA
adalah siklus yang amfibolik, artinya berfungsi tidak hanya dalam reaksi
katabolik (peruraian) tetapi juga dalam reaksi anabolik (sintesis). Karena
perombakan glukose melalui glikolisis menghasilkan dua molekul asetil-KoA yang
dapat memasuki siklus ini, persamaan keseluruhan untuk siklus ini, per molekul
glukose yang dirombak, ialah duakali di atas.
c. Hasil
energi dalam respirasi aerobik
Sekarang
dapat kita tinjau besarnya energi yang dhiasilkam dari perombakan aerobik satu
molekul glukose bila elektron yang disimpan di dalam molekul-molekul koenzim
terduksi disalurkan kedalam rantai angkutan elektron.seperti telah diperhatikan
sebelumnya. Elektron-elektron tersebut dipindahkan secara bertahap dari
pembawa-pembawa koenzim ke oksigen molekular, dan pemindahan ini digandengkan
dengan pembentukan ATP melalui fosforilasi oksidatif.
Bagi setiap molekul glukose yang diuraikan
ada 12 koenzim tereduksi yang oksidatif 2 FADH₂
dan 10 NADH₂ . karena ada 3
ATP dihasilkan dari setiap NADH₂
dan 2 ATP dari setiap FADH₂,
maka seluruhnya ada 34 ATP dihasilkan dari koenzim tereduksi via fosforilasi
oksidatif melalui rantai respirasi. Tetapi hasil total ATP dari respirasi
aerobik 1 molekul glukose ialah 38:34 dari oksidasi koenzim-koenzim tereduksi,
2 dari glikolisis, dan 2 dari reaksi samping siklus TCA, yaitu 2 GTP. Hasil ATP
total permolekul gllukose dari respirasi aerobik.
d. Katabolisme
lipid
Glukosa
adalah sumber energi tunggal yang terpenting bagi kebanyakan sel. Tetapi, bagi
banyak mikroorganisme, zat-zat lain seperti lemak dan protein, dapat digunakan
sebagai sumber energi pilihan. Ada peraturan umum yang mengatur penggunaanya :
zat-zat tersebut diubah secepat dan seefisien mungkin mungkin menjadi
intermediat lintasan-lintasan glikolitik dan TCA sehingga untuk terlaksananya
peruraian secara lengkap hanya hanya dibutuhkan sejumlah minuman enzim
tambahan. Peraturan ini menyoroti kenyataan bahwa lintasan glikolitik dan
siklus TCA berlaku sebagai suatu pusat umum dan lintasan-lintasan katabolik
lainnya dibangun di sekelilingnya.
Perombakan lipid atau lemak diawali dengan
pecahnya trigliseride oleh penambahan air sehingga terbentuk gliserol dan asam
lemak dengan bantuan-bantuan enzim. Gliserol sebagai komponen lemak dapat
diubah menjadi intermediat lintasan glikolitik (dihidroksiaseton fosfat).
Dihidroksiaseton
fosfat yang terbentuk akan diuraikan, asam-asam lemak dioksidasi melalui pengusiran
berturut-turut fragmen berkarbon dua dalam bentuk Asetil KoA. Asetil KoA yang
terbentuk kemudian dapat memasuki siklus TCA, sedangkan atom-atom hidrogen
beserta elektron-elektronnya memasuki rantai angkutan elektron menuju
fosforilasi oksidatif.
Ada lebih banyak hasil energi per-gram
lemak dripada per-gram karbohidrta. Nemun, relatif hanya beberapa spesies
mikrobe yang efektif dalam merombak lipid, baik tipe yang sederhana maupun yang
rumit, antara lain karena terbatasnya daya larut lipid.
e. Katabolisme
protein
Banyak
bakteri heterotrofik dapat menghancurkan protein diluar tubuhnya dan
menggunakan produk-produk hasil proses tersebut sebagai sumber tenaga karbon
dan nitrogen. Karena molekul protein terlampau besar untuk dapat melewati
membran, bakteri mensekresikan eksoenzim yang disebut protease yang
menghidrolisis protein tersebut menjadi peptide-peptide.
Bakteri menghasilkan peptidase yang
menguraikan peptide menjadi asam-asam amino individu, yang kemudian di
katabolisme melalui cara yang bergantung pada tipe asam aminonyadan spesies
atau galur bakteri yang menguraikannya.
Bilaman asam amini diuraikan, kerangka
karbon asam-asam amino tersebut mengalami peruraian oksidatif menjadi
senyawa-senyawa yang dapat memasuki siklus TCA untuk dioksidasi lebih lanjut.
Masuknya kedalam siklus TCA dapat melalui Asetil KoA, asam α-ketoglutarat, asam
suksinat, asam fumarat, atau asam oksaloasetat.
f. Resprasi
anaerobik pada beberapa bakteri
Sebagian
bakteri yang biasanya bersifat aerobik dapat tumbuh secara anaerobik bila ada
nitrat. Misalnya spirillum itersonii, sejenis bakteri akuatik, bergantung pada
oksigen kecuali bila kalium nitrat ditambahkan kedalam medium. Dalam kasus
semacam itu, pada hakekatnya nitrat menggantikan oksigen sebagai penerima
terakhir elektron dalam rantai respirasi. Proses ini disebut respirasi
anaerobik. Lintasan-lintasan yang dipergunakannya untuk disimilasi
sumber-sumber karbon dan energi adalah sama dengan yang dipergunakan dalam
respirasi aerobik, dan angkutan elektron berlangsung melalui rantai respirasi.
Serupa pada sel-sel aerobik. Oksigen digantikan oleh nitrat sebagai penerima
terakhir elektron. Namun, pada beberapa anaerobik tulen, senyawa-senyawa
anorganik lainnya, sperti karbon diokside, atau ion-ion seperti ion sulfat, dapat
berlaku sebagai penerima terakhir elektron.
4.
Produksi
energi melalui fotosintesis
Tumbuhan,
algae, dan sinobakteri adalah fotoautotrof. Mereka menggunakan cahaya sebagai sumber energinya dan karbon
dioksida sebagai sumber karbon satu-satunya. Supaya karbon dioksida dapat
berguna bagi metabolisme, maka peratama-tama harus direduksi menjadi
karbohidrat . proses ini, yang menggunakan cahaya untuk mengubah karbon
diokside menjadi karbohidrat disebut fotosintesis. Reaksi keseluruhannya dapat
ditulis sebagai :
2H₂O
+ CO₂ ( CH₂O)x
+ O₂ + H₂O
dengan
adanya cahaya karbohidrat
(energi
pancaran) dan
a. Pigmen
hijau klorofil
Disini
(CH₂O)x adalah rumus bagi karbohidrat
mana saja. Proses ini mempunyai dua persyaratan penting : (1). Sejumlah besar
energi dalam bentuk ATP, dan (2). Sejulah besar reduktan kimiawi, dalam hal ini
air.
Beberapa kelompok bakteri yaitu bakteri
fotoautotrofik hijau dan ungu juga dicirikan menurut kesanggupannya untuk
melakukan fotosintesis. Tetapi lain halnya dengan tumbuhan, algae, dan
sianobakteri, bakteri-bakteri ini tidak menggunakan air sebagai reduktan
kimiawinya dan juga tidak menghasilkan oksigen sebagai salah satu produk akhir
fotosintesisnya.persamaan umum bagi fotointesis bakterial ialah :
2H₂A
+ CO₂ (CO₂O)x
+ 2A +H₂O
Dengan
adanya cahaya (energy pancaran) dan
karbohidrat
b. Pigmen
hijau bakterioklorofil
Disini H₂A
menyatakan reduktan kimiawi, seperti senyawa anorganik, H₂,
H₂S, H₂S₂O₃,
atau senyawa anorganik laktat atau suksinat. Bila H₂A
dalam persamaan ini adalah H₂S,
maka A adalah S.
Kedua
persamaan tersebut diatas menyatakan hasil keseluruhan fotosintesis. Banyak
telah dipelajari mengenai reaksi-reaksi kimiawi yang terlibat dalam
fotosintetsis bakteri dan tumbuhan. Berikut ini adalah tinjauan mengenai
proses-proses penghasil energi yang bergantung pada cahaya yang menyangkut
bakterioklorofil pada bakteri dan klorofil pada tumbuhan, algae, dan
sianobakteri.
c. Fotofosforilasi
siklik dan non siklik
Bakteri
fotosintetik mempunyai klorofil, disebut bakterioklorofil, yang berbeda dengan
klorofil pada tumbuh-tumbuhan dalam hal struktur dan sifat-sifat penyerapan
cahayanya. Bakterioklorofil menyerap cahaya pada daerah dekat infranerah (
660-870 nm). Tidsk dikandung di dalam kloroplas tetapi ditemukan pada
sistem-sistem membran yang ekstensif diseluruh sel bakteri.
Bila sebuah molekul bakterioklorofil
menyerap satu kuantum cahaya, energi dan cahaya tersebut mengangkat molekul
tersebut pada keadaan eksitasi ( excited state ). Pada keadaan eksitasi ini
sebuah elektron terusir dari baterioklorofil. Bakterioklorofil itu sendiri
menjadi bermuatan positif, lalu berfungsi sebagai penangkap elektron atau bahan
pengoksidasi yang kuat.
Elektron tersebut, yang membawa sebagian
energi yang diserap dari cahaya, dipindahkan pada suatu protein “heme” yang
mengandug besi yang terkenal sebagai feredoksin. Dari sini kemudian
berturut-turut dilakukan pada ubikuinon, sitokrom b, dan sitokrom f, dan
akhirnya kembali ke bakterioklorofil yang bermuatan positif. Pada hakekatnya,
elektron tersebut telah bergerak mengelilingi suatu lingkaran, diawali dengan
bakterioklorofil dan kembali kesitu pula. Jadi seluruh proses ini disebut
fosforilasi siklik.
5.
Mekanisme
sintesis ATP
Reaksi-reaksi
kimiawi yang menuju pada pembentukan ATP kini telah dimengerti dengan baik.
Namun bagaimana caranya pemindahan elektron melalui rantai transpor elektron
digandengkan dengan sintesis ATP tidak begitu jelas. Telah dihasilkan beberapa
hipotesis pilihan untuk menrangkan bagaimana energi yang dilepaskan selama
transpor elektron disimpan dalam bentuk ATP teori yang sekarang ini yang
berlaku ialah hipotesis kemiosmotik, yang diajukan oleh Peter Mitchell, seorang
ahli biokimia berkebangsaan inggris, pada tahun 1961. Menurut teori ini, aliran
elektron melewati sistem molekul pembawa, melepaskan energi yang mendorong
ion-ion hidrogen bermuatan positif (H⁺),
atau proton, melintasi membran-membran kloroplas, mitokondria, dan sel bakteri.
Pergerakan ion-ion hidrogen ini berakibat dengan menjadi masamnya medium tempat
terdapatnya organel dan sel terciptanya gradien PH (perbedaan PH) melintasi
membran organel atu sel. Tambahan pula, pergerakan ion hidrogen semacam itu
menyebabkan terbentuknya gradien tegangan listrik( yaitu perbedaan muatan ) memlintasi membran
(karena muatan listrik dibawa oleh proton). Dengan cara ini energi yang
dibebaskan selama pemindahan elektron melalui rantai angkutan elektron disimpan
sebagai daya proton motif, gradien tegangan listrik terbentuk dengan cara
dipompanya ion-ion hidrogen melintasi membran.
Setelah langkah konservasi energi yang
pertama ini, ketika ion-ion hidrogen memasuki kembali organel atau sel, ion-ion
tersebut diangkut oleh enzim adenosin trifosfatase yang terikat pada membran. Energi
yang dilepaskan pada saat masuknya kembali itu mendorong sintesis ATP.
B. Reaksi Asimilasi dan Penggunaan Energi
ATP yang terbentuk
melalui reaksi-reaksi disimilasi pada sel bakteri dipergunakan melali berbagai
macam cara. Sejumlah besar energi tersebut. Sejumlah besar energi tersebut
digunakan dalam biosintesis struktur sel seperti dinding sel, membran sel, dan
granula-granula penyimpan energi. Proses-proses lain yang menggunakan ATP
meliputi pergerakan, produksi panas,pengangkutan solut melintasi membran dan
bioluminesen. Sebagian besar dari ATP yang diperoleh dari reaksi-reaksi
disimilasi dipergunakan untuk proses-proses metabolik yang tidak berkaitan
dengan biosintesis bahan sel. Kita akan memeriksa beberapa dari proses-proses
ini sebelum membahas penggunaan energi dalam biosintesis.
1. Penggunaan Energi dalam Proses
Nonbiosintetik
a.
Produksi Panas
Mikroorganisme
menghasilkan panas dari aktivitas metabolik normalnya, yang menyebabkan naiknya
suhu biakan. Hal ini dapat dengan mudah diamati dalam biakan berukuran besar
yang digunakan dalam industri-industri fermentasi, seperti dalam produksi
antibiotik. Hanya sedikit saja yang kita ketahui mengenai berapa bagian energi
bebasdari eaksi-reaksi eksergonik mikrobial yang dilepaskan sebagai panas. Terutama yang berperan dalam
pembentukan panas tersebut ialah enzim ATPase. Peranan fisiologis enzim ini
agak kabur, tetapi diperkirakan bahwa enzim tersebut berfungsi untuk membuang
kelebihan ATP dan dengan demikian membantu mengatur metabolisme energi sel. Hilangnya
energi dari ikatan-ikatan fosfat berenergi tinggi dalam bentuk panas juga
terjadi melalui cara-cara lain. Misalnya, bila sel membentuk suatu ikatan ester
atau amide dalam sintesis suatu molekul, hanya dibutuhkan kira-kira 3.000 kal.
Tetapi perombakan ikatan fosfat berenergi tinggi melepaskan 12.000 kal. Energi
yang tidak digunakan dalam pembentukan ikatan ester atau amide (9.000 kal)
dilepaskan sebagai panas.
b.
Pergerakan (Motilitas)
Bagi pergerakan
silia dan flagella pada mikroorganisme motil dibutuhkan energi. Menurut
perkiraan, sebanyak 10 persen dari energi yang dipakai oleh beberapa dari
mikrobe ini digunakan untuk pergerakan flagella.
Bukti yang
menunjang bahwa ATP dibutuhkan untuk pergerakan flagella berasal dari
penelitian sitokimia pada bakteri-bakteri motil. Hasil penelitian ini
menampakkan adanya aktivitas ATPase yang bergantung pada Mg pada situs-situs
pada membran tempat munculnya flagella. Dalam melakukan percobaan Bacillus licheniformis, ATP dianggap
sebagai substrat satu-satunya bagi ATPase yang bersosialisasi dengan membran
bakteri. Peruraian ATP oleh ATPase melepaskan fosfat anorganik yang bereaksi
dengan timbal nitrat terlarut yang sebelumnya ditaruh di dalam larutan bakteri,
meninggalkan area-area berwarna hitam (deposit timbal fosfat yang tidak dapat
larut) sebagaimana terlihat pada mikroskop elektron. Area-area berwarna hitam
ini terlokalisasi pada membran pada tempat-tempat melekatnya flagella. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas ATPase terlokalisasi pada area-area ini dan karena
itu ATP merupakan sumber energi bagi pergerakan flagela bakteri.
c.
Pengangkutan Nutrien
Kecuali air dan
molekul yang dapat larut dalam lemak, beberapa jenis senyawa dapat memasuki sel
melalui difusi sederhana atau pasif.
Dalam proses ini solut melintasi membran yang semipermeabel itu sebagai akibat
pergerakan molekular acak dan tidak berinteraksi secara khusus dengan zat apa
pun pada membran.
Mekanisme
lain yang dipakai zat-zat untuk melintasi membran semipermeabel tersebut adalah
difusi dipermudah (facillitated diffusion). Di sini molekul
solut bergabung secara reversibel cdengan suatu molekul penghantar protein
khusus (disebut portir) pada membran,
dan kompleks solut-penghantar tersebut bergerak, antara permukaan-permukaan
membran sebelah dalam dan luar, melepaskan satu molekul solut yang baru. Tipe
difusi ini selalu memindahkan molekul-molekul solut dari daerah konsentrasi
solut yang tinggi ke yang lebih rendah.Baik difusi sederhana maupun difusi dipermudah tidak
membutuhkan energi metabolik, juga tidak menyebabkan konsentrasi ataupun
akumulasi solut melawan gradien elektrokimiawi atau osmotik. Dua mekanisme
lainnya yang membawa solut melintasi membran , yaitu translokasi kelompok dan transpor
aktif, membutuhkan energi metabolik.
Pada
translokasi kelompok, substansi yang akan diangkut harus dimodifikasi secara
kimiawi sebelum diangkut ke dalam sel oleh penghantar. Proses yang menuju pada
modifikasi kimiawi membutuhkan energi metabolik.Pada angkutan aktif, solut
diangkut oleh suatu penghantar osmotik atau elektrokimiawi dengan menggunakan
energi metabolik. Kecuali dalam hal kebutuhannya akan energi metabolik untuk
melangsungkan pengangkutan ini, angkutan aktif banyak persamaannya dengan
difusi dipermudah.
d.
Translokasi kelompok
Contoh
yang baik mengenai translokasi kelompok ialah pegangkutan senyawa-senyawa gula
tertentu , seperti glukose, frutose, dan manose ke dalam sel bakteri. Dalam
proses ini, mula-mula protein yang tahan panas (HPr) diaktivasi dengan cara
memindahkan sebuah gugusan fosfat dari senyawa berenergi tinggi
fosfoenolpiruvat (PEP) pada HPr di dalam sel.
PEP + HPr enzim 1 Piruvat + fosfo HPr
Pada saat yang bersamaan, gula
bergabung dengan enzim 2 pada permukaan luar membran dan diangkut ke permukaan
dalam membran. Di sini lalu bergabung dengan gugusan fosfat yang dibawa oleh
HPr teraktivasi. Gula-fosfat tersebut tersebut kemudian dilepaskan oleh enzim 2 dan memasuki sel.
Reaksi ini dapat disingkat sebgai berikut :
fosfo HPr + gula enzim 2 gula fosfat + HPr
(Diluar sel) (Didalam sel)
Reaksi pengangkutan ini hanya
mengangkut gula ke dalam sel, karena gula-fosfat di dalam sel tidak mempunyai
afinitas terhadap penghantar. HPr dan enzim 1 adalah protein sitoplasmik
terlarut. HPr mempunyai berat molekul rendah dan telah dapat dimurnikan sampai
taraf yang tinggi. Enzim 2 terikat pada membran dan spesifik bagi
senyawa-senyawa gula tertentu yang diangkutnya. Enzim tersebut telah dapat
dilarutkan gdan dimurnikan sebagian.
Proses-proses translokasi kelompok
lainnya yang diketahui mencakup pengambilan adenin dan butirat pada permukaan
luar sel dan pengubahannya pada permukaan dalam membran, masing-masing menjadi
adenosin menofosfat (AMP) dan butiril-KoA.
e.
Angkutan Aktif
Hampir
semua solut, termasuk gula, asam amino, peptide, nukleoside, dan ion-ion,
diambil oleh sel melalui angkutan aktif. Ketiga langkah angkutan aktif ialah :
1. Pengikatan
solut pada situs penerima pada protein penghantar yang terikat pada membran.
2. Translokasi
kompleks solut-penghantar melintasi membran.
3. Penggandengan
translokasi pada suatu reaksi penghasil energi untuk mengurangi afinitas
penghantar protein terhadap solut pada permukaan dalam membran sehingga protein
penghantar akan melepaskan solut tersebut ke dalam sel.
Telah
diusulkan beberapa mekanisme untuk menjelaskan dasar molekular angkutan aktif
solut pada mikroorgnisme. Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa angkutan aktif
juga dapat deijelaskan dengan teori kemiosmotik Mitchell. Dalam hal ini energi
yang dilepaskan selama mengalirnya elektron atau lepasnya sebuah gugusan fosfat
dari ATP mendorong proton keluar dari sel. Ini membangkitkan perbedaan nilai pH
dan tegangan listrik antara daerah di dalam dan di luar sel atau melintasi
membran.
Gradien
proton ini menciptakan tenaga yang digerakkan oleh proton (daya protonmotif)
yang dapat digunakan untuk memompa solut ke dalam sel. Ketika proton memasuki
kembal sel, energi yang dilepaskan pada saat masuknya kembali itu mendorong
mekanisme pengangkutan pada membran sel, mungkin dengan cara menginduksi
perubahan konformasi pada molekul penghantar sehingga afinitasnya terhadap
solut berkurang dan solut tersebut dilepaskan ke dalam sel.
2.
Penggunaan
Energi dalam
Proses Biosintetik
Kita
telah melihat bagaimana energi dibelanjakan untuk produksi panas, pergerakan
dan pengangkutan nutrien ke dalam sel mikrobe. Kesemuanya ini merupakan proses
nonbiosintetik. Proses-proses biosintetik di dalam sel juga membutuhkan energi;
energi dari ATP digunakan untuk mengubah satu zat menjadi zat lainnya dan untuk
mensintesis substansi-substansi yang rumit dari yang sederhana.
a. Penggunaan
Substansi
Asam
amino, yang macamnya kira-kira ada 20, adalah bahan pembangun protein. Tipe
protein yang dibentuknya ditentukan oleh urutan asam-asam aminonya yang
bersangkutan.
Alanin (Ala)
|
Glisin (Gli)
|
Prolin (Pro)
|
Arginin (Arg)
|
Histidin (His)
|
Serin (Ser)
|
Asparaginn (Asp-NH2,
Asn)
|
Isoleusin (Ile)
|
Threonin (Thr)
|
Asam aspartat (Asp)
|
Leusin (Leu)
|
Triptofan (Trp)
|
Sistein (Sis)
|
Lisin (Lis)
|
Tirosin (Tir)
|
Asam glutamat (Glu)
|
Metionin (Met)
|
Valin (Val)
|
Glutamin (Glu-NH2,
Gln)
|
Phenylalanin (Phe)
|
Contoh khusus mengenai
sintesis asam amino prolin oleh bakteri Escherichia
coli. Asam glutamat adalah reaktan awalnya. Pada langkah pertama sebuah
gugusan asam (--COOH) direduksi menjadi gugusan aldehide (--CHO). Langkah ini
membutuhkan dua elektron dari NADPH2 dan energi dari ATP. Gugusan
aldehide tersebut kemudian secara spontan bereaksi dengan gugusan amino (--NH2)
pada molekul yang sama, membentuk cincin,. Langkah ini disusul dengan reduksi
cincin untuk mmbentuk prolin.
Contoh
lain ialah lintasan bagi perubahan asam aspartat menjadi lisin, metionin, dan
threonin. Pengubahan ini menggunakan energi metabolik dalam bentuk ATP. Kedua
contoh ini menggambarkan bagaimana energi dibelanjakan untuk saling diubahnya
(interkonveksi) satu substansi menjadi substansi lainnya.
b. Sintesis
Makromolekul
Taraf
lain biosintesis ialah penggabungan molekul-molekul yang lebih kecil untuk
membentuk molekul yang lebih besar yaitu sintesis makromolekul. Proses ini
dapat digambarkan dengan mengambil contoh biosintesis peptidoglikan dinding sel
bakteri.
1) Struktur
Peptidoglikan
Bagian yang kaku
pada dinding sel bakteri terbuat dari suatu polimer yang dikenal sebagai murein peptidoglikan atau mukopeptide. Dinding bakteri
gram-positif mengandung peptidoglikan dalam proporsi yang besar, pada dinding
bakteri gram-negatif proporsi peptidoglikannya jauh lebih kecil. Peptidoglikan
bervariasi dalam komposisi kimiawi dan strukturnya dari spesies ke spesies,
tetapi mempunyai persamaan-persamaan dasar. Peptidoglikan adalah polimer yang
amat besar, terdiri dari tiga jenis bahan pembangun: (1) asetilglukosamin (AGA), (2) asam
asetilmuramat (AAM), dan (3)
suatu peptide yang terdiri dari empat
atau lima asam amino yang macamnya terbatas.
Beberapa dari
asam-asam amino tersebut ada dalam konfigurasi isomer-D, suatu konfigurasi yang
tidak umum dijumpai pada tempat lain di alam ini. Cara terbaik untuk
menggambarkan peptidoglikan ialah sebagai rantai tulang punggung polisakarida
yang terdiri dari unit-unit AGA dan AAMyang berselang seling, dengan
rantai-rantai peptide pendek yang menonjol dari unit-unit AAM. Banyak dari
rantai-rantai peptide ini terikat-silang (“cross-linked”) dengan sesamanya
sehingga memberikan sifat kaku pada struktur keseluruhannya. Beberapa
peptidoglikan berbeda dalam hal bahwa rantai-rantai peptidenya tidak langsung
terikat silang dengan sesamanya, melainkan melainkan terikat oleh sejenis
peptide lain yang membentuk suatu jembatan
antara gugusan karboksil (asam) terminal dari satu rantai samping dengan
gugusan amino bebas dari lisin atau asam diaminopimelat (DPM) pada rantai
samping di sebelahnya. Misalnya, pada Staphylococcus
aureus, suatu jembata yang
terdiri dari lima molekul glisin dapat menghubungkan dua peptide AAM
bersama-sama. Tipe ikatan silang ini biasanya khas bagi masing-masing spesies.
2) Aktivasi Prekursos Peptidoglikan
Escherichia coli dapat
mensintesis peptidoglikan dinding-sel bila ditumbuhkan dalam medium sederhana
yang terdiri dari glukose, amonium sulfat dan garam-garam mineral. Salah satu
dari langkah –langkah permulaan sintesis ini ialah pembentukan suatu derivat
teraktivasi asam asetil-muramat. Aktivasi molekul-molekul gula seperti
asetilglukosamin melalui pengikatan suatu gugusan uridin difosfat (UDP) untuk
membentuk prekursor gula-UDP tidak hanya khusus bagi asam asetilmuramat tetapi
merupakan suatu metode umum yang digunakan dalam biosintesis banyak macam
polisakarida.
3) Sintesis
Peptidoglikan
Setelah pembentukan AAM teraktivasi sintesis
peptidoglikan berlangsung sebagai berikut:
(1) Asam-asam
amino terikat pada bagian AAM dari prekursor teraktivasi sehingga membentuk
suatu rantai peptide pendek,. Ribosom tidak terlihat, tetapi setiap penambahan
asam amino membutuhkan energi dari perombakan ATP dan adanya Mg2+
atau Mn2+ serta suatu enzim yang spesisfik.
(2) Prekursor
AAM-UDP tergandeng pada fosfolipid membran yang disebut baktoprenol .
(3) AGA
tergandeng pada AAM dari prekursor AAM-UDP. Reaksi ini membutuhkan bentuk teraktivasi AGA, yaitu AGA-UDP. Pada
sementara organisme, penambahan peptide-peptide yang “menjembatani” terjadi
pada langkah ini.
(4) Prekursor
tersebut, dalam keadaan masih terikat pada baktoprenol, dibawa keluar dari sel
melalui membran sel dan dihubungkan pada rantai peptidoglikan yang sedang
tumbuh pada dinding sel. Ikatan-ikatan peptide kemudian dapat terbentuk, dan
penggabungan prekursor tersebut ke dalam peptidoglikan yang sedang tumbuh itu
dengan demikian selesai.
c. Sintesis Organik pada Bakteri Kemoautotrofik
Bakteri
kemoautotrofik tidak membutuhkan nutrien organik dan menggunakan karbon okside sebagai
sumber karbon satu-satunya. Bakteri ini mengoksidasi nutrien anorganik seperti
hidrogen, amonia, nitrit, dan tiosulfat untuk menghasilkan energi metabolik
dalam bentuk ATP dan dalam beberapa hal tenaga
pereduksi dalam bentuk NADPH2. Dibandingkan dengan
bakteri-bakteri lainnya, seperti heterotrof, keadaan bakteri kemoautotrofik
tidak begitu menguntungkan dari segi energitika. Elektron-elktron yang berasal
dari oksidasi nutrien anorganik dari nakteri kemoautotrofik biasanya memasuki
rantai angkutan elektron pada titik yang lebih tinggi (kecuali bakteri Hydrogenomonas dan bakteri sulfur
nonfotosintetik).
Ambilllah
contoh Nitrobacter. Karena Eo’ dari NO3-/ NO2-
lebih tinggi daripada Eo’ NADP/NADPH + H+, tidaklah mungkin untuk
menggandengkan oksidasi nitrat (sumber energi anorgani bagi Nitrobacter) dengan pembentukan tenaga
pereduksi dalam bentuk NADPH2 pada permulaan rantai angkutan
elektron. Dengan memasuki rantai tersebut pada sitokrom c, yang nilai Eo’nya lebih tinggi daripada NO3-/ NO2-,
Nitrobacter menghasilkan jauh lebih sedikit ATP dibandingkan dengan
heterotrof dan tidak membentuk tenaga pereduksi dalam bentuk NADPH2.
Bila demikian, bagaimanakah kemoautotrof seperti Nitrobacter
membentuk NADPH2 untuk bersama-sama dengan ATP digunakan dalam
penambatan karbon diokside, yaitu tahap awal biosintesis semua senyawa organik
yang dibutuhkan ? Organisme-organisme kemoautotrofik ini menggunakan suatu
proses yang disebut arus elektron terbalik atau pembentukan NADPH2
yang bergantung pada ATP. Dalam proses ini, energi yang dilepaskan pada
perombakan ATP digunakan untuk mendorong elektron-elektron dari oksidasi sumber
energi anorganik menuju suatu nilai Eo’
yang mampu mereduksi NAD+ atau NADP+.
Metode
utama penambatan karbondiokside pada bakteri autotrofik ialah siklus Calvin.
Pada lintasan ini, karbondiokside ditambat dalam suatu reaksi yang menggunakan
ribulose difosfat sebagai molekul akseptor (penerima). Produk utama penambatan
karbondiokside ialah asam 3-fosfogliserat; dari senyawa inilah semua molekul
organik lainnya pada sel disintesis. Tetapi, penambatan karbondiokside
bergantung pada suplai molekul akseptor tadi, yaitu ribulose difosfat, dan
dengan demikian sebagian besar dari asam 3-fosfogliserat yang dihasilkan harus
digunakan untuk pembentukan kembali ribulose difosfat. Jadi, proses penambatan
karbondiokside bersifat siklik. Pada setiap putaran siklus tersebut ditambat
satu molekul karbondiokside. Berbagai intermediet siklus tersebut di tarik keluar
dan memasuki berbagai lintasan biosintetik yang berbeda-beda.
Siklus
penambatan karbondiokside ini rumit. Beberapa dari reaksi-reaksinya sama
seperti pada lintasan glikolitik dan pentose fosfat. Dua reaksi yang spesifik
bagi siklus ini ialah: reaksi penambatan karbondiokside dan reaksi pembentukan
kembali ribulose difosfat sebagai akseptor karbondiokside. Reaksi keseluruhan
bagi siklus Calvin ialah
6CO2+12NADPH+12H++18ATP+12H2O C6H12O6+12NADP+18ADP+18Pa.
(glukose)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Disimilasi atau
katabolisme (perombakan) meliputi oksidasi substrat yang diiringi dengan
terbentuknya energi, yaitu proses degradasi sebagai reaksi penguraian bahan
organic kompleks menjadi bahan organis sederhana atau bahan organic yang
menghasilkan energi dalam betuk ATP.
2.
Asimilasi atau
anabolisme (pembangunan) meliputi sintesis protoplasma yaitu proses sintesa
makromolekul seperti asam nukleat, lipida dan polisakarida sera penggunaan
energi yang dihasilkan dari proses katabolisme.
B.
Saran
1.
Sebaiknya dalam
mencari materi makalah menggunakan sumber yang terpercaya seperti buku dan
jurnal.
2.
Segala kritik
dan saran yang bersifat membangun tentang isi makalah ini sangat dibutuhkan
demi perbaikan kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar