"People With Passion Can Change The World"! Steve Jobs Said ( Co-Founder Apple )

Senin, 08 Oktober 2018

Tugas Kuliah Ekologi Hewan "Kecerdasan dan Komunikasi Pada Hewan"



KECERDASAN DAN KOMUNIKASI PADA HEWAN

A.     Kecerdasan Hewan
            Beberapa dekade, masyarakat masih menolak pemikiran bahwa hewan memiliki kemampuan untuk berfikir. Ahli perilaku Lloyd Morgan, menyatakan bahwa tidak harus perilaku didasarkan kepada peristiwa sadar yang dijalankan oleh otak, namun bisa saja setiap perilaku hewan didasarkan atas reflex.
            Pada tahun-tahun berikutnya, berbagai penelitian dilakukan untuk berperilaku secara kognitif (perilaku berfikir). Kucing-kucing dikampung sering mampu membuka makanan yang tertutup sampah yang terbungkus, bahkan burung gagak yang mampu membuku botol-botol yang diperkirakan masih mengandung cream yang bisa diminum. Seekor simpane memelintir daun-daunan atau mengumpulkan ranting untuk mengambil anai-anai yang sembunyi dalam sarang di pepohonan. Baru sedikit penelitian yang mengkaji perihal kecerdasan hewan, dan beberapa hasilnya belum menunjukkan bahwa hewan sering memberikan informasi yang salah dan tidak sesuai dengan hipotesis.
            Peneliti sedang berusaha untuk membuktikan hipotesis bahwa hewan dari bangsa primate mampu menirukan atau memanipulasi perilaku seperti halnya sebagai hasil proses berfikir, contohnya pada simpanse dan baboon, meskipun terasuk sulit untuk melakukan penelitian dilapangan guna membuktikannya. banyak riset terhadap permasalahan sejenis ini dirasakan masih sangat mentah, akn tetapi sangat diyakini akan tumbuh dan berkembang dan akan menimbulkan kontroversi. Setidak-tidaknya aka nada upaya-upaya untuk menghilangkan pemikiran yang dogmatis tentang kesadaran berfikir hewan.
            Dalam beberapa hal, beberapa contoh dapat dikemukakan terutama hal-hal yang berhubungan dengan “pemecahan masalah” (problem solving) yang dilakukan oleh hewan. Percobaan yang menjadi contoh sangat kuat yang menjelaskan tentang adanya proses mental yang dilakukan oleh simpanse. Simpanse ditempatkan pada sebah ruangan yang diatasnya tergantung pisang kesukaannya. Di sekitarnya ditempatkan beberapa balok/kotak yang mudah untuk diangkat oleh simpanse.
            Awalnya simpanse mencoba meraih pisang dengan cara melompat, namun ketika beberapa ketidak berhasil, ia meneliti keadaan sekelilingnya. Pengamatan difokuskan kepada kotak-kotak yang ada disana, kemudian pikirannya berpose dan kemudian kotak-kotak itu dipindahkan dibawah pisang satu persatu sampai tersusun k eats. Kemudian simpanse menaaiki tumpukn kotak tersebut dan meraih pisang dari atas tumpukan kotak.
            Kelhatannya perilaku simpanse diatas bukan merupakan kejutan bagi kita untuk melihat kecerdassan hewan yang mirip dengan kecerdasan manusia. Akan tetapi, penelitian ini telah menunjukkan bahwa hewan juga menunjukkan tanda-tanda adanya kegiatan berfikir.
            Gagak merupakan hewan yang mewakili kelompok burung yang paling cerdas dan menunjukkan adanya tanda-tanda proses berfikir. Bernd Heinrich dari Universitas Vermont melakukan satu eksperimen dengan menggunakan sekelompok burung yang ditepatkan di satu sangkar besar. Heinrich menempatkan ikatan daging pada sau ranting yang ada dalam sangkar tersebutdan menggantungkannya. Daging adalah makanan yang paling disukai oleh jalak, dan sebelumnya jalak belum melihat ranting yang digantungi ranting tersebut. Penempatan daing semakin dibuat sedemikian rupa sehingga jalak tidak memungkinkan untuk menjangkau/mematuknya secara langsung.
            Setelah beberapa jam, burung tersebut selama beberapa waktu secara rutin melihat daging yang tergantung tersebut, akan tetapi ia tidk dapat melakukan apapun. Kemudian burung tersebut terbang dan hinggap pada ranting tepat diatas tali dimana daging tersebut diikat. Kemudianikatan tali tersebut diurai sehingga ikatan tali tebuka. langkah selanjutnya ikatan tali tersebut ditarik sedikit demi sedikit sampai akhirnya ikatan daging berada pada jangkauan untuk dipatuk. Tindakan burung ini dilakukan berulang kali pada tangkai ranting yang lain yang digantungi daging.     
            Semakin sering melakukan hl tersebut, kecepatan burung mengambil daging semakin tinggi. Dari peristiwa ini dapat diketahui bahwa burung gagak mampu memecahkan satu masalah. Burung-burung gagak lain yang mengamati juga melakukan hal serupa untuk mendapatkan daging dalam gantungan tersebut. Penelitian Heinrich telah menipis kegauan bahwa burung gagak tidak memiliki kemampuan berfikir.

B.     Belajar
Para ahli periaku hewan (ethologis) mencobaa menjelaskan bahwa perilaku hewan lebih disebabkan oleh proses-proses yang bersifat insting, para ahli psikologi perbandingan sangat memfokuskan diri dari penelitian mengenai proses berfikir sebagai elemen utama dalam pembentukan perilaku hewan.
Para ahli perilaku ini bekerja terutama dengan menggunakan tikus-tikus dalam laboratorium untuk mengetahui proses bagaimana hewan belajar. Menurut para ahli tersebut, belajar adalah modifikasi perilaku yang dihasilkan dari pengalaman dan bukan karena dilahirkan.
            Jenis paling sederhana dari proses belajar adalah apa yang disebut sebagai pembelajran non-asosiatif, dimana hewan tidak memerlukan asosiasi atau hubungan antara dua stimulus/rangsang atau antara sat stimulus dengan satu respon/tanggapan.
            Satu bentu dari belajar non-asosiatif adalah habituasi atau pembiasaan. Habituasi atau pembiasaan diartikan sebagai suatu bentuk penuruan respon terhadap rang snag yang terjadi secara berulang yang tidak memberikan pengaruh positif atau pengaruh negative atau dalam kata lain tidak ada penguatan.
Dalam banyak kasus, stimulus menimbulkan suatu respon kuat ketika stimulus diberikan pertama kali, akan tetapi, besarnya respn akan semakin berkurang secara bertahap dengan diberikannya stimulus secara berulang. SSebagai cintoh, seekor burung kecil melihat banyak objek yang bertebrbangan dikepalanya. Pada mulanya, sang burung akan memberikan reaksi atau respon dengan cara membungkukkan badannya.Beberapa objek tersebut, misalnya daun-daun yang jatuh atau temanteman satu jenisnya yang sedang berterbangan terlihat sangt sering namun tidak memberikan pengaruh apapun (baik positif maupun negative terhadap dirinya. Setelah sekian lama, sang burung muda, menjadi tebiasa (habituatif) terhadap rangsang-rangsang tersebut dan menghentikan respon atau stimulsnya. Dengan demikian, habituasi dapat dikatakan sebagai belajar untuk tidak merespon terhadap rangsang/stimulus.
Mampu mengabaikan rangsang atau stimulus tidak penting merupakan hal luar biasa bagi binatang, mengingat ia harus menghadapi berbagai rangsang atau situasi lingkungan yang kompleks.
            Bentuk lain dari belajar non-asosiatif adalah sensitisasi. Sensitisasi dicirikan oleh meningktanya kemampuan reaksi terhadap stimulus. Sensitisasi merupakan kebalikan dari habituasi.
Suatu perubhan dalam tingkah laku yang mencakup hubungan antara dua stimulus atau antara satu stimulus dengan satu respon disebut dengan pembelajaran asosiatif. Peilaku ini merupakan modifikasi atau pengkondisisan melalui  saling hubungan. Bentuk belajar ini lebih ompleks daripada habituasi (pembiasaan) atau sensitisasi. Dua bentuk besar asosiasi belajar disebut dengan pengkondisian klasik dan pengkondisisan operant. Keduanya berbeda dalah hal penetapan asosias (hubungan).

C.     Pengkondisian Klasik (Classical Editioning)
Dalam pengkondisian klasik, pasangan dari dua jenis stimulus yang berbeda menyebabkan hewan melakukan/mencari hubungan antara stimulus tersebut. Pengkondisian klasik disebut juga dengan pengkondisian Pavlop (Pavlopian Conditioning). Pavlop diambil dari nama Psikolog Rusia; Ivan Pavlop yang pertama kali menjelaskan peristiwa tersebut. Pavlop menyediakan serbuk daging dan kemudian satu stimulu yang tidak dikondisiskan diberian kepada anjing. Ia mencatat, ternyata anjing mengeluarkan air liurnya, ini merupakan respon tidak dikondisiskan. Jika suatu stimulus tidak berhubungan, misalnya membunyikan bel, kemudian pada saat yang bersamaan juga distimuluskan serbuk daging, setelah beberapa kali ulangan, ternyat anjing tetap mengeluarkan air lirnya ketika dibunyikan bel walaupun tanpa distimuluskan serbuk daging. Responn air liur ini adalah sebagai jawaban terhadap dua stimulus berbeda walupun yang distimuluskan hanya berbunyi bel ini saja.
Dari percobaan ini dapat dilihat bahwa aning telah belajar untuk merespon stimulus yang sama sekali tidak berkaitan. Responnya kepada bunyi bel menunjukkan bahwa sel merupkan bentuk stimulus yang dikondisisikan.

D.    Pengkondisian Operant (Operant Conditioning)
Dalam keadaan pengkondisian operant, seekor hewan belajar untuk menghubungkan antara perilaku responya dengan hadiah atau hukuman. Seorang psikolog Amerikan B.F Skinner mengkaji pengkondisian operant ini pada tkus-tikus dengan menempatkannya pada tempat yang diebut “Kotak Skinner”
            Ketikatikus menjelajah kotak tersebut, aka nada tombl yang terinjak secara tdak sengaja, dan dengan terinjaknya tombol tersebut akan menyebabkan makanan dalam bentuk pellet terjatuh. Pada mulanya tikus-tikus tersebut tidak akan menghiraukan tomboh tersebut, ia kan meneruskan makan dan terus melakukan gerakan-gerakan sebagaimana biasanya. Namun kemudian, segera setelah itu, snag tikus akan belajar menghubungkan antara menekan tombol (respon perilaku) dengan diperolehnya makanan (hadiah).
            Ketika tikus-tikus tersebut dalam keadaan lapar, ia akan menghabiskan waktunya untuk menekan-nekan tombol tersebut. Belajar “trial and error dalam waktu singkat ini merupakan peristiwa yang banyak tejadi pada hean-hewan bertulang belakang.
            Para ahli psikologi Komparatif percaya bahwa dua stimulus dapat dihubungkan dengan pengkondisian klasik dan bahwa hewan dapat dikondisikan untuk perilku dapat belajardalam merespon setiap stimulus dalam entuk pengkondisian operant.
           

E.     Naluri (Instinct)
Beberapa hewan memiliki kecenderungan bawaan earah terbentuknya asosiasi dala berfikir. Sebagai contoh, jika kepada seekor tikus diawarkan sebutir makanan dan pada saat yang bersamaan disorotkan kepadanya sinar X yang dapat menyebabkan sang tikus merasa mual-mual, maka tikus tersebut akan ingat terhadap rasa butiran makanan tersebut (yang dapat menyebabkan mual-mual) dan bukan terhadap ukuran makanannya. Sebaliknya, jika pada suatu saat tikus diberi butiran makanan dengan ukuran tertentu kemudian pada saat tersebut diberikan sengatan listrik yang akan akan menyebabkan dia merasa kesakitan, maka sang tikus akan mengingat ukuran butiran makanan tersebut dan ukan pada rasanya.
            Denagn cara yang sama, seekor merpati bisa belajar untuk menghubungkan makanandengan warnanya, akan tetapi di sisi lain merpati isa menggunakan bahaya dengan bunyi, akan tetapi tidak bsa menghubungkannya (bahaya) dengan warna makannannya.
            Cntoh-contoh yang memperlihatkan peristiwa persiapan pembelajaran terjadi pada hewan, dimana hewan dapat belajar dibawah pengaruh biologis – yakni, kemungkinan belajar hanya terjadi dalam batas-bats yang ditentuukan oleh insting atau naluri. “Program” bawaan dari dala tuuh hewan juga mempengaruhi respon adaptif. Tikuss-tikus yang mencari makan pada malam hari dan memiliki kemampuan membau sifat bahaya atau tidaknya makanan daripaa bentuk, warna dan ukurannya.
            Benih yang dimakan oleh burung merpati mungkin memiliki warna yang berbeda yang bisa dibedakan oleh merpati, akan tetapi suara yang ditimbulkan oleh makanan tidak bisa didengar dengan baik oleh makanan tersebut. Penelitian tentang belajar tersebut telah meluas mencakup pengaruh-pengaruh ekologisnya, sehingga kita bisa memperoleh gambaran baru tentang apa yang disebut sebagai “evolusi belajar”.
            Ekologi hewan tentu ssaja merupakan kunci untuk memahami apa yang mampu dipelajari oleh hewan. beberapa jenis burung, sebagi contoh burung-burung yang menyuai biji-bijian yang keras, pemakan benih. Burung-burung tersebut menyimpan benih yang diperoleh dengan menguburkannya ketka benih sedang melimpah sebagai persediaan untuk musim dingin atau musim pacekik tiba. Ribuan benih dapat terkubur dalam areal yang cukup luas dan kemudian diambil  kembali. Dari perilaku ini  orang akan berfikir bahwa burung-burung ini memiliki kemampuan untuk mengingat ruang dengan luar biasa.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembahasan road to SBMPTN 2019!

Mau tau apa isi blog sebelumnya? silahkan klik  https://khumairahmela.blogspot.com/2018/10/siap-sbmptn-2018.html   PEMBAHASAN 1.  ...

"People With Passion Can Change The World"! Steve Jobs Said ( Co-Founder Apple )