MAKALAH
MODEL
PEMBELAJARAN TEMATIK
Makalah
ini di presentasikan pada perkuliahan Model Pembelajaran jurusan Pendidikan
Biologi tahun ajaran 2017/2018.
Siti Khumairah F.
(20500115049)
JURUSAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan
kehadirat allah swt, yang telah memberikan karunia, taufik dan hidayah-Nya
sehingga penulisan makalah mata kuliah Model Pembelajaran yang berjudul “Model
Pembelajaran Tematik” ini dapat di
selesaikan, sesuai dengan tuntunan mata kuliah.
Makalah ini membahas
tentang model pembelajaran tematik, karakteristik, langkah-langkah model
pembelajaran tematik, dan kelebihan serta kelemahan dari model pembelajaran
tematik. Makalah ini juga akan dikaitkan dengan RPP yang terkait.
Kami menyadari, bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi, maupun bahasanya. Maka dari itu, saya mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk perbaikan
makalah ini, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang
menjadikan makalah ini sebagai bahan
literatur dan acuan untuk dapat mengimplementasikannya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Manusia yang selalu diiringi
pendidikan, kehidupannya akan selalu berkembang kearah yang lebih baik.
Tidak ada zaman yang tidak berkembang, tidak ada kehidupan manusia yang tidak
bergerak, dan tidak ada manusia pun yang hidup dalam stagnasi peradaban. Dan,
semuanya itu bermuara pada pendidikan, karena pendidikan adalah pencetak
peradaban manusia.
Dinamika perkembangan pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perkembangan
dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi di masyarakat. Untuk mengikuti perkembangan pendidikan yang
begitu cepat, pemerintah berusaha untuk menyesuaikan perkembangan itu melalui
perbaikan dan penyempurnaan kurikulum di sekolah-sekolah. Pembenahan kurikulum
baru tahun 2013 berbasis sains dan tidak lagi banyak menghafal. Kurikulum untuk
tingkat Sekolah Dasar akan mengalami banyak perubahan dibanding tingkat SMP Dan
SMA/SMK. Salah satu ciri Kurikulum 2013 khususnya untuk anak SD bersifat Tematik
Integratif. Sebagai wacana berkaitan dengan pelaksanaan Kurikulum baru 2013
yang bersifat Tematik Integratif khususnya anak SD.
Peserta didik pada Sekolah Dasar yang duduk di kelas-kelas awal (kelas
I, II & III) berada dalam rentangan usia dini. Pada usia dini, seluruh
aspek perkembangan kecerdasan anak (IQ, EQ dan SQ) tumbuh dan berkembang sangat
luar biasa cepat sehingga usia ini sering disebut usia emas (golden age) dalam
perkembangan anak. Dalam aspek perkembangan kognitif (berdasarkan teori/tahap perkembangan
kognitif Piaget), anak usia ini berada pada tahap transisi dari tahap pra
operasi ke tahap operasi konkrit. Piaget, dalam hal ini, menyatakan bahwa
setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi
dengan lingkungannya. Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang
disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil
pemahaman terhadap berbagai obyek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman
tentang obyek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan
obyek dengan konsep yang sudah ada dalam pikirannya) dan akomodasi (proses
memanfaatkan konsep dalam pikiran untuk menafsirkan obyek). Proses belajar anak
tidak sekedar menghafal konsep-konsep dan fakta-fakta, tetapi merupakan
kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih
utuh. Belajar dimaknai sebagai proses interaksi dari anak dengan lingkungannya.
Anak belajar dari hal-hal yang konkrit, yakni yang dapat dilihat, didengar,
diraba dan dibaui. Hal ini sejalan dengan falsafah konstruksivisme yang
menyatakan bahwa manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan
obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan ini tidak dapat
ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak. Sejalan dengan tahapan
perkembangan dan karakteristik cara anak belajar tersebut, maka pendekatan
pembelajaran siswa SD kelas-kelas awal adalah pembelajaran tematik.
Penerapan pembelajaran tematik juga
dapat dilakukan pada tingkat SLTP dan SLTA tergantung dari materi atau pokok
bahasan yang ingin diajarkan, tetapi
pada umumnya penerapan pembelajaran tematik adalah di sekolah dasar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model pembelajaran tematik?
2. Bagaimana teori – teori yang mendukung model
pembelajaran tematik?
3. Bagaimana karakteristik model pembelajaran
tematik?
4. Bagaimana langkah-langkah dalam pembelajaran
tematik?
5. Bagaimana kelebihan dan kelemahan
pembelajaran tematik
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari model pembelajaran tematik
2.
Untuk
mengetahui teori yang mendukung model pembelajaran tematik
3.
Untuk
mengetahui karakteristik model pembelajaran tematik
4.
Untuk
mengetahui langkah-langkah dalam pembelajaran tematik
5.
Untuk
mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran tematik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Model Pembelajaran Tematik
Kata
ini berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti “menempatkan” atau
“meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami perkembangan sehigga kata
tithenai berubah menjadi tema. Menurut arti katanya tema berarti ” sesuatu
yang telah diuraikan ” atau “ sesuatu yang telah ditempatkan”(Gorys
Keraf,2001;107).
Sedangkan dalam aspek perkembangan
kognitif (berdasarkan tahap perkembangan
kognitif Piaget), anak usia dini ini berada pada tahap transisi dari tahap pra
operasi ketahap ketahap konkrit. Piaget dalam hal ini, menyatakan bahwa setiap
anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan
lingkungannya. Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut
schemata, yaitu system konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman
terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut
berlangsung melalui proses asimilasi ( menghubungkan objek dengan konsep yang
sudah ada dalam pikirannya) dan akomodasi ( proses memamfaatkan konsep dalam
pikiran untuk menafsirkan objek ).
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran
dengan mengintegrasikan materi pelajaran dalam suatu tema/topic pembahasan.
Sutirjo dan Sri Istuti Malik (2004:6)
menyatakan bahwa pembelajaran tematik
merupakan suatu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai,
atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan
tema.Poerwadarminta (1984 :1.040) Tema adalah pokok pikiran : dasar cerita (
yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang ).
Pembelajaran tematik
adalah pembelajaran yang dirangcang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam
pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai matapelajaran. Sebagai contoh,
tema “ Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran IPA dan Matematika. Lebih luas lagi, tema
tersebut dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, Bahasa
Indonesia,dan Penjaskes. Pembelajaran
tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan
kesempatan yang sangat banyak kepada siswa untuk memunculkan dinamika dalam
pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran
yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang
dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan
secara alamiah tentang dunia disekitar
mereka.
Pembelajaran tematik juga dapat
diartikan sebagai suatu model
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapat
dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar
mengajar. Jadi pembelajaran tematik juga bisa diartikan sebagai pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata
pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan.
Adapun fokus perhatian
pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh oleh siswa, ketika
siswa berusaha memahami materi pembelajaran
yang sejalan dengan bentuk-bentuk kompetensi yang harus dikembangkan,
maka berdasarkan hal tersebut pembelajaran tematik juga dapat diartikan
sebagai:
1.
Pembelajaran
yang berangkat dari suatu tema sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk
memahami gejala-gejala atau konsep lain
2.
Suatu
cara untuk mengembangkan pengetahuanan
keterampilan secara simultan.
3.
Menggabungkan
sejumlah konsep dalam mata pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa dapat
belajar lebih baik dan bermakna.
B.
Teori
Belajar Yang Melandasi Pembejaran Tematik
1.
Teori
belajar Menurut Piaget
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan
dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia
kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian
pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan
diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika
individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah
ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri
dengan informasi baru.
Piaget
mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami
dunia, yaitu :
1)
Tahap
sensorimotor (Sensorimotor stage), yang
terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada
tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam
kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti
melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
2)
Tahap
praoperasional (preoperational stage), yang
terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap
ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai
muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.
3)
Tahap
operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga
piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan
pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang
spesifik atau konkrit.
4)
Tahap
operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat
dan terakhir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata,
pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
2.
Teori
Belajar Gestalt
Para psikologi Gestalt menekankan bahwa hubungan pemahaman dan persepsi
tentang hubungan –hubungan dalam suatu kebulatan adalah sangat esensial dalam
belajar.
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai
“bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau
peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang
terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang
terpenting yaitu :
1.
Hubungan
bentuk dan latar (figure
and gound relationship);
yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran,
potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila
figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran
antara latar dan figure.
2.
Kedekatan
(proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang)
dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
3.
Kesamaan
(similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang
sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
4.
Arah
bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama
cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
5.
Kesederhanaan
(simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang
sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik
berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
6.
Ketertutupan
(closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau
pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat
empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
1.
Perilaku
“Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku “Molecular”.
Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya
kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan
lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah
beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding
dengan perilaku “Molecular”.
2.
Hal
yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan
geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan
yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang
nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah.
(lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang
penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
3.
Organisme
tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian
peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa.
Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo,
pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain,
gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
4.
Pemberian
makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang
dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan
suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang
diterima.
Aplikasi
teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1.
Pengalaman
tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam
proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu
kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2.
Pembelajaran
yang bermakna (meaningful
learning); kebermaknaan unsur-unsur
yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran.
Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang
dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya
dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal
yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis
dengan proses kehidupannya.
3.
Perilaku
bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi
akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan
tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika
peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru
hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu
peserta didik dalam memahami tujuannya.
4.
Prinsip
ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan
dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5.
Transfer
dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi
dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi
tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam
tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip
pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan
umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh
karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai
prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
C.
Karasteristik
Model Pembelajaran Tematik
Sebagai
suatu model pembelajaran, pembelajaran tematik memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1.
Berpusat
pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (
student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan
sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan- kemudahan kepada siswa untuk
melakukan aktivitas belajar.
2.
Memberikan
pengalaman langsung.
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang
nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.
Pemisahan
mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antara mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan manusia.
4.
Menyajikan
konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut
secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Bersifat
fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan
dimana siswa berada.
6.
Hasil
pembelajaran sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
D.
Sintaks
(Langkah-Langkah) dalam model Pembelajaran Tematik
Sintaks model pembelajaran tematik pada dasarnya mengikuti
langkah-langkah pembelajaran terpadu. Secara umum sintaks tersebut mengikuti
tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga
tahap yaitu :
a.
Tahap
perencanaan
b.
Tahap
pelaksanaan
c.
Tahap evaluasi
Berkaitan dengan itu maka sintaks model pembelajaran tematik dapat
direduksi dari berbagai model
pembelajaran seperti model pembelajaran langsung, model pembelajran kooperatif,
maupun model pembelajaran berdasarkan masalah.
Berikut
ini adalah langkah-langkah pembelajaran
tematik :
1.
Tahap
perencanaan
1.
Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis ketempilan
yang dipadukan. Karasteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan
awal, seperti contoh yang diberikan oleh
Fogarty (1991 : 28), untuk jenis mata pelajaran social dan bahasa dapat
dipadukan keterampilan berpikir dan keterampilan social, sedangkan untuk mata
pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir dan
keterampilan mengorganisir.
1.1.
Memilih
kajian materi, standar komptensi, kompetensi dasar, dan indicator.
Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan
dari masing-masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit
pembelajaran
1.2.Menentukan
sub keterampilan yang dipadukan
Secara umum keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai meliputi
keterampilan berpikir, keterampilan soasial, dan keterampilan mengorganisir,
yang masing-masing terdiri atas sub-sub keterampilan.
1.3.Merumuskan
indicator hasil belajar
Berdasarkan kompetensi dasar dan
sub keterampilan yang telah dipilih dirumuskan indicator. Setiap indicator
dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan : audience ( peserta didik ), behavior
(perilaku yang diharapkan), condition (media/alat), dan degree(
jengjang/jumlah).
1.4.Menentukan
langkah-langkah pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan
setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.
2.
Tahap
pelaksanaan
Prinsip-prinsip
utama dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, meliputi:
1.1.
Guru
hendaknya tidak single actor yang mendominasi kegiatan pembelajaran
1.2.
Pemberian
tanggungjawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerjasama kelompok.
1.3.
Guru
perlu mengakomoditif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam proses perencanaan.
3.
Tahap
Evaluasi
Tahap
evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil
pembelajaran.
E.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Tematik
Menurut
Kusnandar (2007) pembelajaran tematik memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut
:
1.
Menyenangkan
karena berangkat dari minat dan kebutuhan siswa
2.
Memberikan
pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan pesrta didik.
3.
Hasil
belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4.
Mengembangkan
keterampilan berfikir anak sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
5.
Menumbuhkan
keterampilan social melalui kerja sama.
6.
Memiliki
sikap toleransi komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
7.
Menyajikan
kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
Pembelajaran
tematik disamping memiliki kelebihan sebagaimana dipaparkan diatas, juga
terdapat kekurangan-kekurangan yang ditimbulkan, yaitu :
1.
Menuntut
peran guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas, kreatifitas
tinggi,keterampilan, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan berani
untuk mengemas dan mengembangkan materi
2.
Dalam
pengembangan kreatifitas akademik, menuntut kemampuan belajar siswa yang baik
dalam aspek intelegensi. Hal
tersebut karena model pembelajaran tematik menekankan pada pengembangan
kemampuan analitik (memjiwai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan) dan
kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali).
3.
Pembelajaran
tematik memerlukan sarana dan sumber informasi yang cukup banyak dan berguna
untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan.
4.
Pembelajaran
tematik memerlukan system penilaian dan pengukuran (obyek, indikator, dan prosedur ) yang
terpadu.
5.
Pembelajaran tematik tidak mengutamakan salah
satu atau lebih mata pelajaran dalam
proses pembelajarannya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan materi pelajaran dalam suatu tema/topic pembahasan.
2.
Teori belajar yang mendukung
model pembelajaran tematik adalah Teori
belajar menurut Piaget dan Gestalt.
3.
Karakteristik
model pembelajaran tematik adalah berpusat pada siswa, memberikan pengalaman
langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari
berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel dan hasil pembelajaran sesuai
dengan minat dan kebutuhan siswa.
4.
Langkah-langkah
dalam model pembelajaran tematik adalah tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan
tahap evaluasi.
5.
Ada
beberapa kelebihan dan kelemahan model pembelajaran tematik, salah satu
kelebihannya adalah enyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan siswa
sedangkan kelemahannya adalah memerlukan sarana dan sumber informasi yang cukup
banyak dan berguna untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan.
B. Saran
Setelah memahami mengenai
pembelajaran tematik, pemelajar dapat mengimplementasikan kepada para pelajar
dengan baik dan dalam penyusunan makalah selanjutnya lebih mengkaji teori-teori
mengenai pembelajaran ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Harianti, Diah. 2013. Model Pembelajaran Terpadu IPA. Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum.
Kunandar. 2007. Guru
Profesional: Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) da Persiapan Menghadapi Sertifikat Guru.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Widodo, S.(2010). Evaluasi Dalam
Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. Jurnal
Teknologi Pendidikan Universitas Surabaya, 8-15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar